Di tengah meningkatnya minat masyarakat untuk berinvestasi, marak juga kasus investasi bodong yang memakan banyak korban. Fenomena ini menunjukkan pentingnya edukasi keuangan agar masyarakat tidak terjebak dalam skema penipuan yang merugikan. Pasalnya, pelaku penipuan investasi ini masih sering menjebak banyak orang dengan iming-iming keuntungan besar dalam waktu singkat.
Karena itu, supaya kamu tidak terjebak, penting untuk memahami apa itu investasi bodong, bagaimana ciri-ciri penipuannya, dan seperti apa contoh kasus-kasus yang pernah terjadi.
Apa Itu Investasi Bodong?
Investasi bodong adalah jenis investasi yang ditawarkan kepada masyarakat namun tidak memiliki legalitas yang jelas, tidak memiliki izin dari otoritas keuangan seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta menjanjikan keuntungan yang tidak wajar. Biasanya, skema investasi ini hanya menguntungkan pihak pelaku dan merugikan para pesertanya.
Berbeda dengan investasi legal yang melalui proses analisis risiko dan pengawasan lembaga resmi, investasi bodong cenderung tidak transparan dan tidak memiliki landasan bisnis yang jelas. Masyarakat diajak bergabung dengan iming-iming keuntungan cepat, bahkan tanpa perlu bekerja atau memiliki keahlian khusus.
Baca juga: Cara Investasi Saham yang Aman bagi Pemula.
Ciri-Ciri Investasi Bodong yang Perlu Diwaspadai
1. Menjanjikan Keuntungan Tetap dan Sangat Tinggi
Salah satu tanda paling jelas adalah menjanjikan imbal hasil (return) tetap dalam waktu singkat. Misalnya, dijanjikan 20% per bulan atau 100% dalam beberapa minggu. Dalam dunia investasi yang legal, potensi keuntungan tinggi biasanya diiringi dengan risiko yang tinggi pula, dan tidak tidak ada yang berani menjamin.
2. Tidak Memiliki Izin dari OJK
Legalitas adalah faktor penting dalam dunia investasi, karena bertujuan untuk menjamin keamanan dan kenyamanan investornya. Nah, banyak investasi bodong tidak memiliki izin usaha atau izin dari lembaga resmi, seperti dari OJK, Bappebti, atau Bank Indonesia. Jika suatu perusahaan investasi tidak terdaftar di lembaga pengawas, maka sangat mungkin aktivitas yang dilakukannya ilegal.
3. Tidak Ada Transparansi Bisnis
Para pelaku penipuan berkedok investasi ini jarang atau tidak pernah mau menjelaskan bagaimana uang investor dikelola. Model bisnis tidak jelas, laporan keuangan tidak disediakan, dan tidak ada audit internal. Ini membuat investor yang sudah terjebak sulit menilai, apakah investasi tersebut benar-benar beroperasi atau tidak.
4. Skema Ponzi atau Piramida
Beberapa penipuan investasi biasanya menggunakan skema ponzi, yaitu membayar investor lama dengan dana dari investor baru. Jadi, ketika tidak ada investor baru yang bergabung, maka sistem ini akan runtuh. Model lainnya adalah skema piramida, yaitu mewajibkan peserta merekrut orang lain untuk mendapatkan keuntungan atau bonus.
5. Teknik Marketing yang Agresif
Pelaku penipuan biasanya menggunakan taktik pemasaran agresif. Mereka akan menekan calon investor agar segera bergabung dengan alasan “kesempatan terbatas” atau “promo hari ini saja”. Selain itu, pelaku juga sering memamerkan gaya hidup mewah untuk meyakinkan calon korban untuk segera bergabung.
6. Tidak Memiliki Risiko
Setiap investasi pasti memiliki risiko. Maka dari itu, jika suatu penawaran mengatakan “tidak ada risiko” atau “100% aman”, maka patut dicurigai sebagai investasi bodong. Penjelasan yang terlalu manis tanpa memperhitungkan kemungkinan kerugian adalah sinyal bahaya dari penipuan berkedok investasi.
Sebagai alternatif yang lebih aman dan realistis, kamu bisa mulai dari berbagai jenis passive income yang legal dan bisa dibangun secara bertahap.
Contoh Investasi Bodong yang Pernah Terjadi
Kasus investasi bodong telah merugikan banyak orang di Indonesia. Nah, berikut ini adalah beberapa contoh investasi bodong yang sempat menghebohkan publik.
1. First Travel (2017)
Kasus First Travel menjadi salah satu contoh kasus paling menggemparkan. Modusnya adalah menjual paket umroh murah kepada masyarakat, namun uang yang masuk tidak pernah digunakan untuk memberangkatkan jamaah ke Tanah Suci. Dana justru dipakai untuk membiayai gaya hidup mewah pemiliknya. Akibatnya, banyak calon jamaah gagal berangkat dan mengalami kerugian besar.
2. MeMiles (2020)
Kasus lainnya adalah MeMiles, sebuah platform periklanan berbasis aplikasi yang menawarkan iming-iming hadiah besar, seperti mobil dan motor hanya dengan melakukan top-up dana untuk “iklan digital”. Namun, sebenarnya para korban masuk ke dalam skema ponzi, di mana dana peserta baru digunakan untuk membayar peserta lama. Ketika jumlah investor baru menurun, sistem ini runtuh dan menyebabkan kerugian besar.
3. Pandawa Group (2016)
Pandawa Group adalah contoh investasi bodong berikutnya yang menyamar sebagai koperasi simpan-pinjam legal. Perusahaan ini menawarkan imbal hasil tetap sekitar 10% per bulan untuk setiap investasi yang ditanamkan. Namun, aktivitas mereka kemudian dihentikan oleh Satgas Waspada Investasi karena tidak memiliki izin usaha dan menggunakan skema ponzi untuk membayar investor lama demi memberi kesan bahwa model bisnisnya berjalan lancar.
4. Robot Trading
Penipuan juga terjadi dalam bentuk platform “robot trading” yang mengaku bisa melakukan transaksi otomatis di pasar kripto dengan keuntungan tinggi. Faktanya, tidak ada transaksi riil yang dilakukan, dan laporan keuntungan yang diberikan hanyalah angka fiktif. Banyak korban tergiur oleh gaya hidup mewah para afiliator dan merasa tertipu setelah uang mereka tidak bisa ditarik kembali.
Dampak Kerugian dari Investasi Bodong
Korban investasi bodong tidak hanya mengalami kerugian materi, tetapi juga dampak psikologis seperti stres, depresi, bahkan bunuh diri. Banyak korban yang menggunakan dana pinjaman, menjual aset, atau mengajak keluarga ikut berinvestasi sebelum akhirnya kehilangan semuanya.
Lebih parah lagi, ketidakpercayaan masyarakat terhadap dunia investasi legal bisa meningkat akibat ulah pelaku penipuan ini. Oleh karena itu, literasi keuangan dan pengecekan legalitas adalah langkah awal yang penting untuk memulai investasi.
Kesimpulan
Investasi merupakan langkah cerdas untuk membangun masa depan finansial, tetapi hanya jika dilakukan dengan pengetahuan dan kehati-hatian. Investasi bodong adalah jebakan yang bisa menghancurkan keuangan dan harapan. Dengan mengenali ciri-ciri penipuan investasi bodong serta belajar dari berbagai contoh investasi bodong di masa lalu, kita sebagai masyarakat dapat menjadi lebih bijak dalam memilih tempat untuk menanamkan uang.
Jika kamu ingin belajar investasi jangka panjang secara aman, pastikan untuk memulai dari edukasi dasar, memahami profil risiko, dan memilih platform yang diawasi oleh otoritas resmi. Jangan mudah percaya janji manis yang tidak masuk akal, karena dalam investasi, potensi keuntungan selalu berbanding lurus dengan tingkat risiko yang ada.